Senin, 16 Juni 2014

ANALISA LAPORAN KEUANGAN PADA PT. INDISARI


SOFSKIL
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT . INDISARI
2012 -2013








NAMA: ERFINA SINARTA HUTAGALUNG
KELAS : 3DA01
NPM: 42211329

Analisa Laporan Keuangan

          Bentuk laporan dari beberapa perusahaan, akan kita temukan berbagai macam bentuk laporan. Laporan tersebut dapat kita golongkan ke dalam dua kelompok yaitu laporan operasional dan laporan keuangan. Laporan operasional digunakan untuk mengawasi aktivitas perusahaan dan diprint-out langsung oleh bagian yang terkait langsung dengan aktivitas tersebut serta laporan operasional sering tidak dilengkapi dengan satuan nilai mata uang.
          Namun tidak berarti laporan operasional tidak memerlukan satuan nilai mata uang tersebut. Bentuk laporan operasional sangat tergantung pada jenis operasional perusahaan dengan kecederungan pengukuran menggunakan satuan volume.
          Laporan keuangan adalah laporan yang menyangkut asset perusahaan dan perubahannya. Laporan keuangan mempunyai bentuk standar dan aturan, prosedur yang harus dipenuhi dan dibuat oleh bagian akuntansiLaporan keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba dan Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan.

  1. Neraca
          Neraca adalah  laporan secara sistematis yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan meliputi Assets (harta), Liabilities (hutang) dan Capital (modal). Tujuan dari neraca adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasaya pada waktu dimana buku- buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet.
Bentuk neraca  harus memenuhi persamaan akuntansi  dan umumnya bebentuk:
a)    Bentuk Skontro /Horizontal ( Account Form) dimana semua aktiva. Dalam bentuk ini aktiva (harta) diletakan disebelah kiri sedangkan passiva (liabities+modal) diletakan disebelah kanan.
b)    Bentuk Vertical (Report form) dalam bentuk ini aktiva (harta) diletakan disebelah atas sedangakan passiva (liabities+modal) diletakan disebelah bawah.
c)    Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki nampak dengan jelas, misalnya besarnya modal kerja netto atau jumlah modal perusahaan.
  1. Laporan Rugi Laba
          Laporan Rugi Laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh sutau perusahaan selama periode tertentu.
Bentuk Lapora Rugi- Laba
Bentuk dari laporan rugi-laba yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a)    Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam sati kelompok, sehingga untuk menghitung rugi/laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
b)    Bentuk multiple step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
  1. Laporan perubahan modal / laba yang ditahan
          Laporan perubahan modal / laba yang ditahan yaitu laporan yang menggambarkan akibat adanya selisih perhasilan dengan biaya dan unsur lainnya misalnya tambahan investasi (additional investment) atau pengambilan (withdrawals).
Ada dua konsep yang dianut dalam perusahaan
a)      Clean surplus principle atau all inclusive concept, maka rugi laba insidentil yang nampak dalam laporan rugi laba, dan dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi:
-        Net income yang ditransfer dari laporan rugi laba
-       Deklarasi ( pembayaran ) deviden
-       Penyisihan dari laba ( Appropriation of retained earning)

b)    Non clean surplus concept atau current ioperating performance, maka dalam laporam rugi laba hanya menentukan hasil dari operasi normal periode itu, sedang rugi laba yang timbul secara insidentil nampak dalam laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan.

          Bentuik laporan keuangan yang manapun yang digunakan oleh suatu perusahaan tidak menjadi masalah, tetapi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam norma-norma pemeriksaan akuntan mengatakan bahwa untuk memenuhi maksud ekstern maka laporan keuangan harus sedemikian rupa sehingga:

a)        Mencapai mutu sebagai beriut:

1.      memberikan informasi keuangan secara kwantitatif mengenai perusahaan tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil keputusan- keputusan ekonomi.
2.      menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.
3.      menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan. menyajikan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan-perubahan dalam harta dan kewajiban, serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai dengan keperluan para pemakai.
5.                                                                  
b)    Mencapai mutu sebagai berikut:
1.      Relevan
2.      jelas dan dapat dimengerti
3.      dapat diuji kebenarannya
4.      mencerminkan keadaan perusahaan menurut waktunya secara tepat
5.      dapat diperbandingkan
6.      lengkap dan netral


    



ANALISA PEMBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN

          Dalam memnganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa;
a.    Likwiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemapuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
b.    Sovabilitas adalah menunjukan kemampuaan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikwidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c.     Rentabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d.    Stabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersbut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanap mengalami hamabatan atau krisis keuangan.

A.    Prosedur analisa
          Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, pengusaha harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisaan harus dpat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercemin dlam laporan keuangan tersebut. Dengan kata lain bahwa agar dapat menganalisa laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latarbelakang dari data keuangan tersebut.

B.     Metode dan Teknik Analisa
          Metoda dan teknik analisa digunakan untuk menetukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, mislanya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan lporan keuangan perusahaan lainnya.
          Ada dua metoda analisa yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu, analisa horisontal dan analisa vertikal. Analisa horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.. sedangkan analisa vertikal yaitu, apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos satu dengan pos lainya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuanganatau hasil operasi pada saat itu saja.
          Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.   analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metoe dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a.       data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
b.      kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c.       kenaikan atau penurunan dalam presentasi
d.      perbandingan yang dinyatakan dengan ratio
e.       presentase dari total
2.   analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adlah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal jerja dalm periode tertentu
3.   analisa sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
4.   analisa ratio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tertentu
5.  analisa perubahan laba kotor adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut
6.  analisa brek-even adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugia untuk berbagai tingkat penjualan.

Laporan keuangan dari PT. INDIASARI yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 1977 dan 1978 serta laporan untuk periode tersebut.

PT. INDIASARI
Neraca Perbandingan
31 Desember 2012 dan 2013



31 Desember
naik atau turun* 1977 atau 1978
Ratio
% dari total


2012
2013
Rp
%
2012
2013

Aktiva








Aktiva Lancar:








Kas
 Rp  545.500
 Rp   919.700
 Rp374.200
69
1,68
10
14

Piutang Dagang (netto)
 Rp 1.324.200
 Rp1.612.800
 Rp 288.600
22
1,21
24
25

Piutang Wesel
 Rp   500.000
 Rp   250.000
 Rp 250.000
50*
0,50
9
4

Persediaan
 Rp   951.200
 Rp1.056.500
 Rp  105.300
11
1,11
17
16

Persekot Biaya
 Rp     46.400
 Rp     37.000
 Rp     9.000
20*
0,80
1
1

Jumlah Aktiva lancar
 Rp3.366.900
 Rp3.876.000
 Rp  509.100
15
1,15
61
60

Aktiva tetap:








Tanah
 Rp   200.000
 Rp   200.000
 -


4
3

Gedung
 Rp 1.600.000
 Rp2.000.000
 Rp 400.000
25
1,25
29
31

Cadangan Penyusutan Gedung
 Rp(225.500)
 Rp(261.000)
 Rp   35.500
16
1,15
4*
4*

Alat-alat Kantor
 Rp   700.000
 Rp   850.000
 Rp  150.000
21
1,21
13
13

Cadangan Penyusutan AK
 Rp (153.000)
 Rp(201.000)
 Rp   48.000
31
1,31
3*
3*

Jumlah aktiva tetap
 Rp 2.121.500
 Rp2.588.000
 Rp   46.500
22
1,21
39
40

Jumlah aktiva
 Rp5.488.400
 Rp6.464.000
 Rp 975.600
18
1,17
100
100

Hutang dan Modal








Hutang Lancar:








Hutang Dagang
 Rp   655.000
 Rp   552.200
 Rp  102.800
16*
0,80
12
9

Hutang Wesel
 Rp   150.000
 Rp   125.000
 Rp   25.000
17*
0,80
3
2

Hutang Gaji
 Rp   312.000
 Rp   443.500
 Rp  131.500
42
1,40
5
7

Jumlah Hutang lancar
 Rp 1.117.000
 Rp1.120.700
 Rp     3.700
1
1,00
20
18

Hutang Jangka Panjang:








Hutang obligasi 3% 1978
 Rp   600.000
 Rp   450.000
 Rp  150.000
25*
0,75
11
7

Jumlah Hutang
 Rp1.717.000
 Rp1.570.700
 Rp  146.300
9*
0,90
31
24

Modal:








Modal Saham biasa
 Rp2.000.000
 Rp2.600.000
 Rp 600.000
30
1,30
36
40

Laba yang ditahan
 Rp1.771.400
 Rp2.293.300
 Rp  521.900
30
1,29
33
35

Jumlah modal
 Rp 3.771.400
 Rp4.893.300
 Rp1.121.900
30
1,29
69
75

Jumlah Hutang dan Modal
 Rp5.488.400
 Rp6.464.000
 Rp 975.600
18
1,17*
100
100



PT. INDIASARI
Laporan laba rugi perbandingan
Periode yang berakhir 31 Desember 1977, 1978


Periode
naik atau turun
Ratio
% dari penjualan

2012
2013
Rp
%
2012
2013
Penjualan Bruto
 Rp7.439.200
 Rp9.703.000
 Rp 2.263.800
30
1,3
102
101
Retur Penjualan
 Rp   136.100
 Rp     94.000
 Rp     42.100
31*
0,69
2
1
Penjualan Neto
 Rp7.303.100
 Rp9.609.000
 Rp 2.305.900
32
1,31
100
100
Harga Pokok Penjualan:







Persediaan awal
 Rp   904.600
 Rp   951.200
 Rp     46.600
5
1,05
12
10
Pembelian netto
 Rp4.792.900
 Rp6.029.000
 Rp 1.236.100
26
1,25
66
63

 Rp5.697.500
 Rp6.980.200
 Rp 1.282.700
23
1,22
78
73
Persediaan Akhir
 Rp   951.700
 Rp1.056.500
 Rp    105.300
11
1,11
13*
11*
Harga Pokok Penjualan
 Rp4.746.300
 Rp5.923.700
 Rp 1.177.400
25
1,24
65
62
Laba kotor
 Rp2.556.800
 Rp3.685.300
 Rp 1.128.500
44
1,44
35
38
Biaya Penjualan







Advertensi
 Rp   182.500
 Rp   294.700
 Rp    112.200
61
1,61
2
3
Gaji Salesman
 Rp   456.000
 Rp   682.300
 Rp    226.300
50
1,49
6
7
Sewa kantor Penjualan
 Rp     72.000
 Rp    90.000
 Rp     18.000
25
1,25
1
1
Biaya Kantor Penjualan
 Rp     98.450
 Rp   174.100
 Rp     25.650
77
1,76
1
2
Gaji dan lain-lain
 Rp     44.550
 Rp     85.100
 Rp     40.550
91
1,91
1
1

 Rp   853.500
 Rp1.326.200
 Rp    472.700
55
1,55
11
14
Biaya Admin & umum







Gaji kantor
 Rp   626.000
 Rp   873.000
 Rp    247.000
39
1,39
9
9
telepon & penerangan
 Rp     72.500
 Rp   106.000
 Rp     33.500
46
1,46
1
1
Biaya umum kantor
 Rp    140.300
 Rp   184.700
 Rp     44.400

1,31
2
2
Kerugiaan piutang
 Rp     25.000
 Rp     12.000
 Rp     13.000
52*
0,48



 Rp   863.800
 Rp1.175.700
 Rp    337.900
36
1,36
12
12
Jumlah biaya operasi
 Rp1.717.300
 Rp2.501.900
 Rp    784.600
46
1,45
23
26
laba bersih operasional
 Rp   839.500
 Rp1.183.400
 Rp    343.900
41
1,4
12
12
biaya lain-lain (bunga)
 Rp     53.000
 Rp     28.000
 Rp     25.000
47*
0,52
1
0
laba bersih sblum pajak
 Rp   786.500
 Rp1.155.400
 Rp    368.900
47
1,46
13
12
deviden
 Rp   400.000
 Rp   633.500
 Rp    233.500
58




  Perhitungan:

1.    Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)
a.    Current Ratio ( Rasio Lancar)
                          Current Ratio = Aktiva Lancar
                          Hutang Lancar
                          2012                                                                            2013

                         = Rp3.366.900                                      Rp3.876.000
                          Rp 1.117.000                                      Rp1.120.700
                       =Rp 30,142                                          =3,458
b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
                                       Hutang Lancar
2012                                                                                                    2013

                             = Rp3.366.900– Rp   951.200                      Rp3.876.000- Rp1.056.500
                                            Rp 1.117.000                                           Rp1.120.700
                          = 2,162                                                         =2,515

c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)

                            Cash Ratio = Cash + Efek
                           Hutang Lancar
                                 2012                                                                            2013

                            = Rp  545.500                                               Rp   919.700
                             Rp 1.117.000                                              Rp1.120.700
                          = 0,048                                                         =0,82

2. Ratio Solvabilitas
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
                                              Ekuitas Pemegang Saham
2012                                                                            2013

             = Rp1.717.000                                                           Rp1.570.700                           
                Rp2.000.000                                                            Rp2.600.000                                       
             = 0,85                                                                                    =0,60

b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
                                                      Total Aktiva
2012                                                                            2013               

            = Rp1.717.000                                                            Rp1.570.700   
              Rp5.488.400                                                  Rp6.464.000                           
            = 0,312                                                                       =0,242

3. Ratio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

Gross Profit Margin = Laba kotor
                                    Penjualan Bersih
2012                                                                            2013

             = Rp2.556.800                                                                       Rp3.685.300
                Rp7.303.100                                                                        Rp9.609.000
             = 0,35                                                                                    =0,38

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak
                                 Penjualan Bersih
2012                                                                            2013

             = Rp   786.500                                                                       Rp1.155.400
                Rp7.303.100                                                                        Rp9.609.000
             = 0,10                                                                                    =0,12

c. Earning Power of Total investment

Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak
                                                            Total aktiva
2012                                                                            2013

         = Rp   786.500                                                               Rp1.155.400
            Rp5.488.400                                                                Rp6.464.000   
         = 0,14                                                                            =0,17


Dari neraca yang diperbandingkan antara akhir tahun 2012 dengan 2013, menunjukkan:
1.   jumlah rupiah masing-masing aktiva, hutang dan modal serta jumlah total masing-masing golongan aktiva, hutang dan modal pada tanggal 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dengan perubahan-perubahannya
2.   dari perubahan (kenaikan atau penurunan) dapat diketahui bahwa:
a.         aktiva lancar naik Rp 509.100; sedangkan hutang lancar hanya naik Rp 3.700;, hal ini menunjukkan adanya kenaikan modal kerja yang kemungkinan disebabkan oleh
(1) diperolehnya keuntungan atua laba;
(2) perubahan aktiva tetap menjadi aktiva lancar melalui proses penjualan ataupun penyusutan;
(3) diperoleh hutang jangka panjang; atau
(4) penambahan modal saham atau pengeluaran saham baru. Dengan adanya perubahan aktiva lancar yang lebih baik daripada perubahan hutang lancar menunjukkan adanya perbaikan posisi keuangan jangka pendek.
b.         Aktiva naik sebesar Rp 875.600; hutang turun sebesar Rp. 146.300; dan modal sendiri naik sebesar Rp. 1.121.900; dimana Rp 600.000; diantarnya merupkan kenaikan modal saham yang beredar. Adanya kenaikan dalam sektor modal sendiri dan turunnya hutang menunjukkan bahwa modal sendiri semakin kurang berperanan, tetapi keamanan para kreditor semakin terjamin karena perusahaan makin solvabel.
c.         Perubahan dalam jumlah-jumlah rupiah seperti yang diterangkan diatas (a & b), nampak lebih jelas lagi perubahan dalam presentasenya. Aktiva lancar naik dengan 15% sedangkan hutang lancar hanya naik 1% berarti perusahaan makin likwid. Total aktiva naik 18% sedang jumlah hutang turun 9%, modal sendiri naik 30%, hal ini menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka panjang dalam tahun 1978 lebih baik daripada tahun 1977. perubahan-perubahan dalam presentase ini lebih mendukung analisa diatas.
3.   dalam neraca yang diperbandingkan tersebut diketahui pula presentase masing-masing pos terhadap jumlah akitva maupun jumlah hutang dan modal. Data ini akan sangat membantu bagi pengambilan keputusan terhadap perusahaan ynag bersangkutan
4.   dengan menganalisa Laporan Rugi Laba yang diperbandingkan antara periode 2012& 2013 akan diperoleh berbagai kesimpulan yang dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan; diasmping itu diketahui tingkat perkembangan dan efisiensi yang telah dicapai, misalnya:
a.         dalam tahun 2012, 65 sen dari setiap Rp 1; penjualan diserap atau digunakan untuk membayar harga pokok dari barang yang dijual, sedangkan dalam tahun 2013hanya 62 sen. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan , lebih-lebih dengan diikuti kenaikan tingkat penjualan sebesar 32% sehingga laba kotor naik 44%. Perubahan atau kenaikan laba kotor Rp 1.128.500; atau 44% ini harus dianalisa lebih lanjut tentang faktor-faktor penybabnya; apakah disebabkan adanya perubahan volume penjualan, perubahan harga jual, perubahan biaya per unit dari barang yang dijual.
b.         Biaya penjualan naik Rp 472.700; atau 55% dan biaya administrasi naik dengan Rp 311.900; atau 36% sedangkan penjualan hanya naik 32%. Atau biaya penjualan dalam tahun 2012 hanya 11% dari total penjualan netto, sedangkan dalam tahun 1978 menjadi 14%; hal ini disebabkan adanya advertensi yng meningkat yang diikuti pula naiknya elemen biaya penjualan lainnya.
c.         Adanya kenaikan penjualan dapat mengakibatkan naiknya laba bersih, walaupun bila dihubungkan dengan tingkat penjualannya keduanya dihasilkan presentase yang sama(12%) atau setiap Rp 1; penjualan 12 sen merupakan laba
5.   kenaikan penjualan bersih 32% diikuti kenaikan Piutang Dagang hanya 22%, hal ini menunjukkan keadaan yang lebih baik. Tingkat peputaran piutang dagang tahun 2012 sebanyak 5,5 kali, sedangkan dalam tahun 1978 sebanyak 6,5 kali, hal ini menunjukkan bahwa modal yang tertanam dalam piutang dalam tahun 2013 lebih cepat dapat ditagih (rata-rata 55 hari) dibanding dengan tahun 2012 (rata-rat 65 hari).
Tingkat perputaran persediaan tahun 2012 ada 5 kali sedang tahun 2013 hampir 6 kali, sehingga dalam tahun 2012 rata-rata persediaan tersimpan di gudang dalam jangka waktu 72 hari sedang tahun 2013 60 hari. Ditinjau presentase dari jumlah aktiva maka investasi dalam persediaan pada tahun 2012 lebih besar daripada tahun 2013 dihubugkan pula dengan kapasitas penjualan yang dapat dicapai dalam tahun-tahun tersebut.
6.   gross profit dalam tahun 2013 mengalami kenaikan sebanyak Rp 1.128.500; (44%), kenaikan gross profit ini karena adanya kenaikan penjualan Rp 2.305.900;(32%) dan diikuti kenaikan harga pokok penjualan sebesar Rp 1.177.400;(25%). Apabila dapat diperoleh data mengenai volume yang dijual serta harga jual per satuan barang maupun harga pokok per satuan barang maka akan dapat dianalisa lebih lanjut mengenai efektifitas bagian penjualan serta egisiensi bagian pabrik (bagian pembelian).
7.  ditinjau dari modal kerjanya maka dalam tahun 2013 telah mengalami kenaikan sebesar Rp 505.400. hal ini dapat dianalisa sebagai berikut:
Sumber dana: Laba operasi                       Rp1.155.400;
                        Penyusutan                                      83.500;
                      Penjualan saham                            600.000;
                                                                                               Rp 1.838.900;
Penggunaan dana: Pembeliaan AK                Rp 150.000;
                                Pembelian Gedung                  400.000;
                                Bayar Htng Oblgsi                    150.000;
                               Bayar deviden                            633.500;
                                                                                                Rp 1.333.500;
Kenaikan modal kerja                                                          Rp    505.400;

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a.     ditinjau dari faktor likwiditas tahun 2013 lebih baik daripada likwiditas tahun 2012, karena current ratio tahun 2012 sebesar 301% yang berarti bahwa setiap Rp 1; hutang lancar dijamin dengan Rp 3,01 aktiva klancar atau dijamin Rp 2,01 modal kerja, sedang dalam tahun 2013 sebesar 345% atau setiap Rp 1; hutang lancar dijamin dengan Rp 3,45 aktiva lancar.
b.    ditinjau dari faktor solvabilitas tahun 1978 lebih solvanel daripada tahun 2012 karena solvabilitas tahun 2013 ada 411% sedang tahun 2012 hanya 319%.
c.    ditinjau dari rentabilitas atau efisiensi perusahaan secara keseluruhaan, maka tahun 2013 lebih efisien dibanding dengan 2012. rentabilitas ekonomis tahun 2013 ada 18% sedang tahun 2012 hanya 15%, rentabilitas modal sendiri dalam tahun 2013 23%dan tahun 2012 20%.
d.    deviden yang dibayarkan dalam tahun 2013 lebih besar daripada tahun 2012 baik dalam jumlah rupiahnya maupun dalam presentase dari jumlah modal sahamnya, tahun 2012 20% dan tahun 2013 24%.